1. Kondisi Ekonomi Makro: Resiliensi di Tengah Krisis
-
Rebound setelah kontraksi: Setelah pertumbuhan GDP mendekati nol (0,9 %–1 %) pada 2024 akibat konflik, OECD memproyeksikan rebound menjadi 3,3–3,4 % pada 2025, lalu meningkat hingga 4,9-5,5 % pada 2026 dengan catatan konflik mereda.
-
Inflasi moderat tinggi: Inflasi diperkirakan turun dari 3-3,6 % di 2025 menuju kisaran target 2,9 % di 2026, meskipun masih berada di kisaran maksimum yang diset Bank Israel .
2. Beban Perang: Biaya dan Dampaknya
-
Pengeluaran militer meningkat drastis: Dari US$1,8 miliar/bulan sebelum konflik menjadi US$4,7 miliar per bulan, total mencapai sekitar US$27,5 miliar pada 2024.
-
Biaya peluang ekonomi: Perang Gaza diperkirakan mengganggu ekonomi sekitar US$55-67 miliar hingga 2025, memicu penurunan produktivitas, konsumsi, dan perdagangan .
3. Karakteristik Ekonomi Israel
-
GDP per kapita tinggi: Diperkirakan mencapai ~US$61.300 pada 2025, masuk kategori sangat tinggi di kawasan Asia Barat.
-
Tingkat kemiskinan dan ketimpangan: Meski stabil di angka ~20 %, ini termasuk di antara yang tertinggi di OECD .
-
Pengangguran rendah: Stabil di level 2,2-3,4 % (OECD) maupun ~2,6-3,4 % (data lokal) - menunjukkan pasar tenaga kerja sangat ketat.
4. Tantangan Struktural
-
Kekurangan tenaga kerja: Akibat mobilisasi militer dan penghentian izin kerja bagi pekerja Palestina, sektor konstruksi dan pertanian terdampak parah .
-
Ketimpangan demografis: Kelompok ultra-Ortodoks (Haredi) dan Arab Arab memiliki tenaga kerja lebih rendah, memicu kemiskinan struktural dan penurunan potensi GDP.
-
Reformasi fiskal mendesak: OECD menyarankan peningkatan revenue lewat VAT, pajak baru, pengurangan subsidi, dan reformasi pendidikan & tenaga kerja .
5. Kebijakan Moneter dan Fiskal
-
Suku bunga tetap tinggi: Tingkat acuan dipatok di 4,5 % dan kemungkinan turun ke 4-4,25 % pada akhir 2025 jika inflasi turun.
-
Defisit dan utang meningkat: Defisit anggaran melonjak dari surplus 2022 ke -7-9 % pada 2024, diproyeksi turun ke sekitar -5-5,5 % pada 2025-2026; utang pemerintah mendekati ~69 % dari GDP.
6. Sektor Teknologi: Penopang Utama
-
High‑tech dan AI: Meski terdampak investor global, sektor ini tetap utama. OECD menekankan perluasan kecerdasan buatan dan regulasi stabil agar menjadi pendorong pertumbuhan masa depan .
Kesimpulan: Kapan Israel Jatuh Miskin?
-
Tidak ada indikasi jatuh miskin total: dengan GDP per kapita tinggi, pengangguran rendah, dan rebound pasca-konflik, Israel tetap negara makmur.
-
Tantangan nyata ada di:
-
Beban perang yang terus menekan keuangan publik dan produktivitas.
-
Ketidaksetaraan struktural yang tinggi, terutama di golongan tertentu (Haredi, Arab).
-
Kebutuhan reformasi fiskal dan pasar tenaga kerja untuk memastikan keberlanjutan.
-
Risiko geopolitik tetap besar-apa pun eskalasi konflik, pertumbuhan dan stabilitas fiskal bisa terguncang.
-
Prospek 2025–2026: Ekonomi Israel kemungkinan tumbuh stabil pada kisaran 3-4 % tahun 2025, bahkan hingga 5 % di 2026 jika konflik mereda, dengan inflasi menurun dan reformasi berjalan. Jadi, bukan jatuh miskin, tapi lebih kepada menghadapi ujian berat yang mampu dilewati bila pandai mengelola tantangan.