Garis Satu – Dalam eskalasi terbaru konflik Timur Tengah, Arab Saudi mengambil langkah berani dengan mengaktifkan sistem pertahanan udara THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) buatan Amerika Serikat. Langkah ini muncul setelah kegagalan sistem pertahanan sebelumnya mencegat beberapa rudal balistik yang diyakini diluncurkan oleh Iran.
⛔ Kegagalan Cegat Rudal Iran
Dalam serangan mendadak ke fasilitas minyak di Provinsi Timur, setidaknya tiga rudal Iran berhasil menembus sistem pertahanan Patriot yang selama ini menjadi tulang punggung militer Saudi. Meskipun kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil, serangan ini menjadi simbol kelemahan sistem pertahanan konvensional Arab Saudi.
Menurut laporan eksklusif dari Al-Arabiya, rudal tersebut berasal dari varian Shahab-3 yang dikembangkan Iran, memiliki jangkauan 1.300 km dan mampu membawa hulu ledak lebih besar. Ini membuktikan bahwa Iran tak hanya mengembangkan kemampuan serang jarak jauh, tapi juga akurasi rudal balistik mereka.
🔍 Apa Itu Sistem Rudal THAAD?
THAAD adalah sistem pertahanan yang dirancang untuk mencegat rudal balistik di luar atmosfer. Dikembangkan oleh Lockheed Martin, sistem ini menggunakan metode hit-to-kill untuk menghancurkan rudal lawan secara langsung tanpa bahan peledak tambahan.
Fitur | THAAD (Arab Saudi) | Shahab-3 (Iran) |
---|---|---|
Jangkauan Operasi | 200 km (efektif) | 1.300 km |
Metode Intersep | Hit-to-kill (non-eksplosif) | Ledakan hulu ledak |
Ketinggian Mencegat | 150 km (exoatmosfer) | Lintasan tinggi (mid-course) |
Operator Global | AS, Korea Selatan, UEA, Arab Saudi | Eksklusif Iran |
🇸🇦 Langkah Riyadh Mengaktifkan THAAD
Arab Saudi membeli sistem THAAD sejak 2017 senilai lebih dari 15 miliar USD, namun baru kini diaktifkan penuh di beberapa titik strategis. Fokus utama diletakkan di area vital: ladang minyak Aramco, pelabuhan Teluk, dan pangkalan militer timur.
Keputusan ini diambil setelah pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Saudi bersama para penasihat militer AS. Beberapa unit THAAD telah diuji dan sekarang siap siaga 24/7, bersanding dengan sistem radar AN/TPY-2 yang mampu mendeteksi rudal dari jarak lebih dari 1.000 km.
🇮🇷 Iran: Provokasi atau Reaksi?
Iran menanggapi pengaktifan THAAD dengan nada keras. Juru bicara militer Iran menyebutnya sebagai bentuk “intervensi militer Amerika dalam urusan kawasan” dan menuduh Arab Saudi “bersembunyi di balik teknologi asing”.
Namun, pengamat Timur Tengah melihatnya sebagai balas dendam diplomatik atas tekanan yang dihadapi Iran sejak sanksi baru AS diberlakukan dan kesepakatan nuklir 2015 gagal dihidupkan kembali. Iran merasa kekuatan militernya justru menjadi alat tawar dalam arena internasional.
🌍 Dampak Regional dan Global
Peningkatan kapasitas pertahanan Saudi jelas akan mengubah kalkulasi strategis di kawasan. Negara-negara Teluk seperti UEA dan Qatar dikabarkan ikut mempertimbangkan aktivasi rudal pertahanan tingkat tinggi. Bahkan Israel, yang dikenal sebagai pionir dalam pertahanan Iron Dome dan Arrow 3, mengamati situasi ini dengan serius.
Secara global, peningkatan ketegangan ini berdampak langsung pada harga minyak mentah yang sempat melonjak 4% dalam satu pekan terakhir. Investor khawatir terhadap gangguan di Selat Hormuz – jalur pengiriman energi paling vital di dunia.
🇺🇸 Peran Amerika Serikat
Washington menyambut keputusan Arab Saudi dan menjamin dukungan teknis serta logistik untuk pengoperasian THAAD. Ini sekaligus mempertegas hubungan strategis Riyadh–Washington di tengah meningkatnya ketegangan global, terutama setelah keretakan hubungan AS–Israel akhir-akhir ini.
Bagi Amerika, kehadiran THAAD di kawasan Teluk bukan hanya soal keamanan sekutu, tetapi juga bentuk dominasi teknologi militer dalam persaingan dengan Rusia dan China yang ikut menjual sistem pertahanan ke negara-negara berkembang.
🔚 Kesimpulan: Pertahanan atau Provokasi?
Aktivasi sistem THAAD oleh Arab Saudi adalah respons atas kelemahan pertahanan sebelumnya dalam menghadapi rudal Iran. Namun di balik langkah ini, terdapat risiko besar dari sisi geopolitik dan ekonomi.
Apakah THAAD akan menjadi tameng andal atau justru memperkeruh tensi kawasan? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang pasti, Timur Tengah kini kembali menjadi panggung utama dalam dinamika keamanan global.