Petro Ledakkan Dunia: AS Kirim Senjata untuk Membunuh Anak-Anak di Gaza

Presiden Kolombia: AS Kirim Senjata untuk Membunuh Anak-anak, Ini Bukan Kemunafikan tapi Ketidakberdayaan Presiden Kolombia Gustavo Petro

Presiden Kolombia Gustavo Petro dalam konferensi pers internasional mengenai krisis Gaza. (Sumber: Imgur)

garissatu — Presiden Kolombia Gustavo Petro kembali menarik perhatian dunia setelah mengeluarkan pernyataan keras terkait keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik bersenjata di Gaza. Dalam pidatonya yang viral di media sosial dan diberitakan secara luas, Petro menyebut bahwa Amerika bukan hanya bersalah karena mendukung Israel secara politik, tetapi juga secara langsung berkontribusi pada kematian anak-anak melalui pengiriman senjata.

"Jika kita ingin bicara soal hak asasi manusia, maka ini bukan kemunafikan lagi—ini adalah ketidakberdayaan dunia untuk menghentikan pembantaian," ujar Petro dalam pidatonya, seraya memperlihatkan gambar korban anak-anak di Gaza.

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap AS dan sekutunya, menyusul laporan terbaru dari berbagai lembaga HAM yang menunjukkan lonjakan korban sipil, termasuk anak-anak, dalam agresi militer Israel ke Gaza.

Dukungan Militer AS ke Israel

Gustavo Petro menuding bahwa pasokan senjata dari Washington, termasuk bom presisi dan sistem artileri canggih, telah memperburuk situasi kemanusiaan di Palestina. Ia menambahkan bahwa diamnya negara-negara besar menunjukkan kegagalan tatanan global dalam menegakkan keadilan dan perdamaian.

Sebelumnya, garissatu juga melaporkan bagaimana Turki dan Mesir menjajaki kerja sama militer untuk menghadapi tindakan Israel di Gaza, yang dinilai semakin brutal dan tidak terkontrol.

Reaksi Dunia Internasional

Banyak negara di Amerika Latin mendukung pernyataan Petro, termasuk Bolivia dan Venezuela. Mereka menyerukan penghentian segera pengiriman senjata ke wilayah konflik dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata. Namun hingga kini, veto AS dan sekutu-sekutunya membuat resolusi-resolusi tersebut kandas di meja diplomasi.

garissatu juga melaporkan dalam artikel sebelumnya bahwa Presiden Xi Jinping mengundang Donald Trump dalam upaya diplomasi damai, namun seruan untuk menghentikan pasokan senjata belum dijawab secara konkret oleh AS.

Solidaritas dari Warga Kolombia

Rakyat Kolombia sendiri merespons pernyataan presidennya dengan demonstrasi damai dan doa bersama untuk rakyat Palestina. Di berbagai kota besar seperti Bogotá, Medellín, dan Cali, ribuan warga turun ke jalan membawa spanduk bertuliskan “Gaza Vive” dan “Hentikan Pembantaian.”

“Presiden kami berbicara atas nama kemanusiaan. Ini bukan lagi soal politik, tapi soal kemanusiaan,” kata Ana María, seorang aktivis hak asasi manusia kepada garissatu.

Penolakan Terhadap Standar Ganda

Petro secara eksplisit menyoroti standar ganda yang digunakan negara-negara barat, termasuk AS, dalam menanggapi isu hak asasi manusia. Ketika konflik terjadi di Eropa, seperti di Ukraina, dunia barat bereaksi cepat. Namun ketika yang menjadi korban adalah warga Palestina, terutama anak-anak, reaksi dunia sangat lambat dan bahkan diam.

“Apa bedanya anak di Gaza dan anak di Kyiv?” tanya Petro retoris, yang disambut tepuk tangan panjang dari para hadirin.

Kritik terhadap Komunitas Internasional

Petro menilai bahwa organisasi internasional seperti PBB saat ini mengalami kebuntuan dalam mengambil tindakan nyata. Ia menyerukan reformasi sistem global agar lebih adil dan mampu melindungi rakyat sipil dalam konflik bersenjata.

“Selama veto masih digunakan untuk melindungi kepentingan politik, maka darah anak-anak akan terus tumpah,” ujarnya lantang.

Dalam artikel lain garissatu menulis bahwa Kepala Staf Israel sendiri mengakui kompleksitas perang Gaza, namun hingga kini tidak ada tanda-tanda deeskalasi dari pihak Israel.

Penutup

Pernyataan Gustavo Petro menambah daftar panjang pemimpin dunia yang semakin lantang mengkritik Israel dan sekutunya, khususnya Amerika Serikat. Namun, pertanyaan besar yang masih menggantung adalah: akankah dunia bertindak atau kembali diam, membiarkan sejarah mencatat satu lagi bab kelam kemanusiaan?

garissatu akan terus memantau perkembangan situasi ini dan menyajikan laporan terbaru secara objektif dan mendalam.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال