AS dan Cina Akan Terseret ke Perang Langsung di Laut Cina Selatan

AS dan Cina Akan Terseret ke Perang Langsung di Laut Cina Selatan - garissatu Ketegangan AS dan Cina di Laut Cina Selatan

Kapal perang Amerika Serikat dan Cina kerap berpapasan dalam patroli militer intensif di Laut Cina Selatan. (Foto: i.imgur.com)

garissatu - Ketegangan antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina di kawasan Laut Cina Selatan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kedua negara adidaya kini berada dalam posisi saling berhadapan secara militer, dengan peningkatan patroli angkatan laut, latihan bersama sekutu, dan insiden jarak dekat yang berulang.

Memanasnya Rivalitas di Wilayah Strategis

Laut Cina Selatan merupakan jalur perdagangan internasional vital, dilalui oleh triliunan dolar barang setiap tahunnya. Cina mengklaim sebagian besar wilayah laut ini melalui peta “nine-dash line”, yang secara hukum internasional telah dibantah oleh Mahkamah Arbitrase Internasional pada 2016. Namun, Beijing tetap membangun pangkalan militer dan pulau buatan di wilayah yang disengketakan.

Sementara itu, Amerika Serikat meningkatkan kehadiran militernya atas dasar "kebebasan navigasi", dengan dukungan dari Filipina, Vietnam, Jepang, dan Australia. Keadaan ini menciptakan risiko tinggi terjadinya bentrokan militer langsung antara kedua negara.

Insiden dan Latihan Perang Meningkat

Pada Juli 2025, kapal perusak USS Dewey terlibat manuver penghindaran di dekat Kepulauan Spratly setelah diperingatkan oleh kapal perang Cina. Pentagon menyebut kejadian ini sebagai “provokasi berbahaya”. Di sisi lain, Cina menuduh AS “mengancam kedaulatan nasional.”

Bahkan, pada laporan BBC, militer Cina melakukan simulasi serangan terhadap kapal induk musuh di kawasan Paracel. Ini menjadi sinyal bahwa konfrontasi bukan lagi sebatas teori, tetapi telah menjadi skenario strategis nyata.

Tabel Kronologi Insiden Terbaru

Tanggal Insiden Lokasi
4 Mei 2025 Kapal AS dihadang oleh kapal penjaga pantai Cina Fiery Cross Reef
12 Juni 2025 Jet tempur Cina mendekati pesawat pengintai AS Laut Natuna Utara
8 Juli 2025 Latihan tembak langsung oleh kapal Cina Paracel Islands
20 Juli 2025 USS Dewey hampir tabrakan dengan kapal perusak Cina Spratly Islands

ASEAN dalam Posisi Sulit

garissatu mencatat bahwa negara-negara Asia Tenggara berada dalam dilema. Di satu sisi, mereka ingin mempertahankan hubungan ekonomi dengan Cina. Di sisi lain, kehadiran militer AS menjadi tameng terhadap ekspansi Beijing.

Filipina secara terbuka memperkuat kerjasama militernya dengan Washington, seperti yang diberitakan di artikel ini, dengan pembukaan pangkalan gabungan baru di Zambales. Di sisi lain, negara seperti Kamboja tetap bersikap netral, bahkan cenderung mendukung posisi Cina.

Kemungkinan Terjadinya Perang

Banyak analis memperingatkan bahwa bentrokan langsung bukan lagi kemungkinan kecil. Laporan dari Council on Foreign Relations (CFR) menyebut bahwa “kemungkinan perang regional meningkat drastis dalam lima tahun ke depan.”

Faktor-faktor seperti klaim wilayah tumpang tindih, kepentingan nasional, hingga perlombaan pengaruh di Indo-Pasifik membuat gesekan antara kedua kekuatan semakin intens. Kesalahan perhitungan, meski kecil, dapat memicu konflik berskala penuh.

Diplomasi Masih Mungkin?

Meskipun ketegangan militer meningkat, jalur diplomasi belum sepenuhnya tertutup. Indonesia, sebagai negara non-blok terbesar di kawasan, mencoba menawarkan jalur mediasi. ASEAN juga mengusulkan pertemuan darurat, namun belum ada sinyal positif dari kedua negara besar tersebut.

Kesimpulan

Situasi di Laut Cina Selatan terus berkembang menjadi salah satu potensi titik nyala konflik global. Dengan semakin banyaknya insiden dan peningkatan kekuatan militer di wilayah tersebut, Amerika Serikat dan Cina berada di ujung konfrontasi langsung. Masyarakat internasional harus mendorong upaya diplomasi sebelum perang menjadi kenyataan.


Previous Post Next Post

نموذج الاتصال