China dan Uni Eropa Buka Babak Baru Saat Perang Dagang Trump Terus Berlanjut
garissatu — Di tengah perang dagang berkepanjangan yang dipicu kebijakan tarif mantan Presiden AS Donald Trump, China dan Uni Eropa secara resmi membuka “babak baru” dalam hubungan diplomatik dan ekonomi mereka. Langkah ini dilihat sebagai upaya strategis untuk mengatasi tekanan global dan memperkuat stabilitas ekonomi kawasan Asia-Eropa.

Keterangan gambar: Bendera China dan Uni Eropa berkibar berdampingan dalam pertemuan tingkat tinggi di Beijing sebagai simbol pembukaan kerja sama baru.
Latar Belakang Perang Dagang Trump
Perang dagang dimulai saat Presiden Trump melancarkan serangkaian tarif besar-besaran terhadap barang-barang impor dari China dan bahkan Uni Eropa. Trump menargetkan barang-barang teknologi, otomotif, hingga produk medis, dengan dalih keamanan nasional dan ketidakseimbangan perdagangan.
Uni Eropa yang awalnya berupaya netral, kemudian mulai mengambil sikap tegas. Mereka membalas dengan tarif serupa terhadap produk-produk AS, sekaligus memperluas kerja sama ekonomi dengan mitra alternatif, termasuk China.
Babak Baru China–UE: Strategi Bersama Hadapi Tekanan AS
Pada Juli 2025, para pemimpin dari Beijing dan Brussels mengadakan pertemuan penting yang menghasilkan deklarasi informal pembukaan “new chapter” dalam hubungan strategis. Beberapa langkah utama yang diambil antara lain:
- Pencabutan sanksi diplomatik terhadap sejumlah anggota parlemen Eropa oleh China.
- Pembentukan forum dialog tetap bidang energi, industri hijau, dan digitalisasi.
- Komitmen peningkatan investasi dua arah dengan fokus pada keberlanjutan dan inovasi.
Summit 50 Tahun Hubungan Diplomatik
Pertemuan di Beijing sekaligus menandai 50 tahun hubungan diplomatik China–UE. Presiden Xi Jinping menyampaikan perlunya “penanganan yang tepat terhadap perbedaan” dan mengajak Eropa untuk menolak proteksionisme sepihak. Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan hubungan kedua pihak kini berada di “titik belok”.
Meski belum ada kesepakatan tertulis yang diumumkan, sumber diplomatik menyebutkan bahwa agenda kerja sama akan difokuskan pada keseimbangan dagang dan pengurangan ketergantungan teknologi terhadap Amerika Serikat.
Dampak dan Tantangan
Surplus Dagang dan Akses Pasar
UE masih mengeluhkan surplus perdagangan besar dari China yang mencapai lebih dari €300 miliar per tahun. Eropa menuntut akses pasar yang lebih adil, khususnya di sektor otomotif dan pertanian, yang masih dibatasi di pasar Tiongkok.
Isu Geopolitik dan HAM
Beberapa negara Eropa masih menyoroti posisi China terhadap Rusia dalam konflik Ukraina, serta isu hak asasi manusia seperti perlakuan terhadap Muslim Uyghur. Meskipun demikian, isu-isu tersebut tidak sepenuhnya menghambat kemajuan ekonomi bilateral.
Reaksi Amerika Serikat
Pemerintah AS belum memberikan tanggapan resmi terhadap pertemuan ini. Namun, sejumlah pengamat memperkirakan bahwa Washington akan memandang kerja sama China–UE ini sebagai tantangan terhadap posisi hegemonik AS dalam ekonomi global, terlebih jika berimplikasi pada blok dagang baru.
Menuju Kemitraan Global Baru?
Seiring meningkatnya ketegangan antara AS dan mitra dagangnya, muncul wacana bahwa UE dapat mempertimbangkan untuk bergabung dalam kemitraan dagang trans-pasifik seperti CPTPP, atau memperkuat blok Euro-Asia bersama China, ASEAN, dan BRICS.
Kesimpulan
Pembukaan babak baru antara China dan Uni Eropa merupakan langkah penting di tengah ketidakpastian global. Keduanya menunjukkan sinyal bahwa mereka siap untuk menghadapi tekanan tarif dari AS dan berkomitmen pada kerja sama yang saling menguntungkan.
Ke depan, dunia akan mengamati bagaimana hubungan ini berkembang, apakah akan memperkuat stabilitas global atau justru memicu persaingan baru dalam geopolitik dan perdagangan internasional.
Artikel terkait: Presiden Iran: Kami Siap Menyerang Jika Israel Melampaui Batas