![]() |
Ilustrasi Sipil Palestina dan Tentara Israel |
Garis Satu – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali mendesak Israel untuk segera menghentikan operasi militernya yang menyebabkan penderitaan luar biasa di Jalur Gaza. Dalam pernyataan terbarunya, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik kritis, dengan jutaan warga sipil terjebak dalam kondisi tanpa makanan, air bersih, dan akses kesehatan yang memadai.
“Penderitaan rakyat Gaza telah melewati batas kemanusiaan. Sudah waktunya bagi semua pihak, khususnya Israel, untuk menghentikan kekerasan dan memprioritaskan keselamatan warga sipil,” tegas Guterres dalam konferensi pers di Markas Besar PBB, New York, Senin (21/7/2025).
Konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan terus merenggut korban jiwa, menghancurkan infrastruktur sipil, dan memicu gelombang pengungsian besar-besaran. Laporan dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut lebih dari 80% penduduk Gaza kini bergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, Israel menyatakan serangan militer mereka ditujukan untuk “menghancurkan kapasitas militer Hamas” yang dituding terus melancarkan serangan roket ke wilayah selatan Israel. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
PBB juga mengingatkan bahwa blokade akses bantuan ke Gaza oleh otoritas Israel telah memperparah krisis kemanusiaan. Truk-truk bantuan yang membawa makanan dan obat-obatan ditahan berhari-hari di perbatasan, bahkan sebagian dilarang masuk sama sekali.
“Tanpa gencatan senjata, Gaza bisa menjadi wilayah bencana kemanusiaan terburuk abad ini,” ujar Martin Griffiths, Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB.
Sejumlah negara, termasuk Brasil, Norwegia, Turki, dan Afrika Selatan, telah menyerukan penyelidikan internasional terhadap dugaan pelanggaran hukum perang oleh Israel. Namun, upaya diplomatik di Dewan Keamanan PBB masih menemui jalan buntu akibat veto dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat.
Baca Juga di Garis Satu:
Iran Tolak Gencatan Senjata, Sebut Israel Tak Layak Diakui Sebagai Negara