Israel Kembali Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata, Ketegangan Kawasan Meningkat

Pesawat tempur F-16 Israel lepas landas dari pangkalan udara di selatan negara itu untuk melakukan serangan ke wilayah Lebanon
Pesawat tempur F-16 Israel lepas landas dari pangkalan udara di selatan negara itu untuk melakukan serangan ke wilayah Lebanon

Ketegangan antara Israel dan Lebanon kembali meningkat setelah pasukan Israel melancarkan serangan udara ke wilayah Lebanon selatan pada Jumat dini hari. Serangan ini terjadi meskipun gencatan senjata telah diumumkan sebelumnya oleh kedua belah pihak sebagai langkah menurunkan eskalasi konflik di perbatasan.

Menurut sumber militer di Israel, serangan tersebut ditujukan ke posisi yang diduga menjadi markas kelompok Hizbullah, yang telah terlibat dalam sejumlah baku tembak lintas batas dalam beberapa minggu terakhir. Sebaliknya, pemerintah Lebanon mengutuk tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan negaranya.

⏱️ Kronologi Serangan Terbaru

Tanggal Peristiwa
10 Juli 2025 Israel dan Hizbullah menyetujui gencatan senjata sementara di sepanjang perbatasan selatan Lebanon.
11 Juli 2025 Ledakan terdengar di wilayah Marjayoun, Lebanon. Pasukan Lebanon siaga tinggi.
12 Juli 2025 Jet tempur Israel meluncurkan serangan ke dua titik yang diduga markas Hizbullah.

🎯 Alasan Israel Melakukan Serangan

Pemerintah Israel menyatakan bahwa serangan ini adalah respon terhadap serangan roket dari wilayah Lebanon yang ditujukan ke kota Kiryat Shmona di utara Israel. Meskipun tidak ada korban jiwa dari serangan roket tersebut, Israel menilai tindakan itu sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.

Juru bicara militer Israel mengatakan:

“Kami tidak akan tinggal diam jika warga kami terus menjadi sasaran. Kami bertindak demi menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah utara.”

🛑 Tanggapan Lebanon dan Reaksi Internasional

Presiden Lebanon menyebut serangan Israel sebagai “tindakan agresi yang dapat memicu perang terbuka.” Lebanon telah melayangkan protes resmi ke Dewan Keamanan PBB, mendesak agar komunitas internasional bertindak menghentikan eskalasi ini.

Negara-negara seperti Prancis, Rusia, dan Qatar juga menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri. Mereka khawatir bahwa bentrokan lebih luas akan meletus, terutama mengingat hubungan historis antara Hizbullah dan Iran, serta dukungan internasional terhadap Israel.

📉 Dampak di Lapangan dan Kemanusiaan

Serangan udara telah menyebabkan kerusakan infrastruktur di beberapa desa Lebanon, termasuk penghancuran jaringan listrik dan rumah-rumah warga. Sekitar 800 warga dilaporkan mengungsi ke wilayah pegunungan untuk menghindari potensi serangan lanjutan.

Organisasi Palang Merah Lebanon melaporkan:

  • 8 orang luka-luka, termasuk 3 anak-anak
  • 2 rumah hancur total
  • Beberapa desa tidak memiliki akses air bersih

“Kami sangat khawatir akan situasi kemanusiaan jika konflik ini terus berlanjut,” ujar juru bicara Palang Merah.

📌 Konteks Sejarah Israel-Lebanon

Konflik antara Israel dan Lebanon, khususnya dengan Hizbullah, telah berlangsung selama beberapa dekade. Puncaknya terjadi pada perang tahun 2006 yang menewaskan lebih dari 1.000 warga Lebanon dan ratusan warga Israel.

Gencatan senjata yang dimediasi oleh PBB kala itu masih menjadi acuan bagi kedua negara. Namun, beberapa pelanggaran telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena aktivitas militer Hizbullah yang dianggap mengancam wilayah Israel.

🧭 Analisis Geopolitik dan Potensi Eskalasi

Para analis memperkirakan bahwa serangan terbaru ini bisa menjadi pemicu konflik regional yang lebih luas, mengingat keterlibatan Iran, Suriah, dan kekuatan proksi lainnya di kawasan tersebut.

Menurut laporan Middle East Institute, terdapat peningkatan signifikan pengiriman senjata dari Iran ke Hizbullah melalui jalur Suriah sejak awal 2025. Hal ini memperbesar kekhawatiran Israel terhadap penguatan militer di utara negaranya.

🧩 Apa Selanjutnya?

Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa kedua pihak akan kembali ke meja perundingan. Bahkan, Hizbullah menyatakan siap membalas jika Israel kembali menyerang. Situasi ini membuat para pengamat khawatir bahwa gencatan senjata hanya bersifat simbolik dan tidak efektif mengendalikan ketegangan sebenarnya.

Banyak pihak menyerukan agar PBB mengambil tindakan yang lebih tegas dan tidak sekadar menyerukan "penahanan diri". Langkah diplomasi dianggap mendesak untuk mencegah pecahnya perang skala penuh di wilayah yang sudah rapuh.

🔗 Baca Juga

📝 Kesimpulan

Serangan Israel ke Lebanon di tengah gencatan senjata menunjukkan bahwa konflik di Timur Tengah masih jauh dari resolusi. Ketegangan antara Israel dan Hizbullah telah melampaui batas kesepakatan diplomatik, dan kini membuka peluang eskalasi regional yang lebih luas.

Dengan meningkatnya serangan dan minimnya kemauan politik untuk berdialog, komunitas internasional ditantang untuk tidak hanya menjadi pengamat, tapi juga sebagai penengah yang efektif dalam mencegah perang besar di kawasan tersebut.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال