Melalui upaya dan ambisi strategis, pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang merumuskan jabatan istimewa: menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota ASEAN. Gagasannya bukan sekadar label, melainkan titik awal transformasi kota mega menjadi pusat diplomasi, ekonomi, dan budaya tingkat regional. Artikel ini menelaah — dari renovasi taman, infrastruktur digital, hingga kerja sama antar pemimpin ASEAN — bagaimana upaya ini disiapkan, apa tantangannya, dan peluang apa yang membuka untuk Jakarta dan warganya.
1. Latar Belakang: Mengapa Ibu Kota ASEAN?
-
Peran geopolitik Indonesia di ASEAN: sebagai pendirinya, peran ketua bergilir, dukungan diplomatik terhadap isu kawasan seperti dukungan Jepang pada pemindahan IKN.
-
Visi regional: menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global, dan Jakarta diharapkan menjadi jantungnya.
Momentum lokal: DKI Jakarta secara konsisten menjadi tuan rumah MGMAC & AMF sejak 2022.
2. Inisiatif Fisik dan Ruang Publik
2.1 Tiga Taman Terintegrasi
Gubernur Pramono Anung berencana mengintegrasikan Taman Ayodya, Langsat, dan Leuser di Jakarta Selatan sebagai bagian dari kawasan Sekretariat ASEAN Inisiatif ini mencakup:
-
Penyediaan ruang publik hijau multifungsi,
-
Peningkatan kualitas udara dan estetika kota,
-
Penunjang fungsi diplomasi dan pariwisata.
Pendanaannya berasal dari dana KLB, yang secara khusus diperuntukkan bagi peningkatan ruang publik.
2.2 Revitalisasi Blok M
Selain itu, tim transisi Gubernur-Vice telah mengusulkan Blok M sebagai “Ibu Kota ASEAN” mikro, yang juga tengah diperdebatkan saat ini Program ini mencakup:
-
Penataan trotoar dan fasilitas publik,
-
Integrasi moda transportasi massal, dan
-
Peningkatan ruang pertemuan publik dan sub-kawasan budaya.
3. Kolaborasi Antar Kota ASEAN
-
Forum MGMAC & AMF: sejak 2023, Jakarta menjadi pusat ruang dialog antar gubernur dan wali kota ASEAN, menghasilkan enam deklarasi komitmen pembangunan berkelanjutan
-
Termasuk advokasi untuk pembangunan perkotaan–perdesaan terhubung, ekonomi inklusif, transformasi digital, aksi iklim, mobilitas berkelanjutan, kesehatan perkotaan, dan pembiayaan hijau.
-
-
Tukar pengalaman smart city: Jakarta berbagi pengalaman digital, data transportasi, sistem sensor banjir, dan layanan publik melalui aplikasi JAKI Mitra tambahannya antara lain Bangkok, Vientiane, Phnom Penh.
4. Digitalisasi: Pondasi Ibu Kota ASEAN
Jakarta memakai teknologi digital sebagai tulang punggung kota ASEAN:
-
Infrastruktur high-speed broadband merata—selaras dengan deklarasi transformasi digital.
-
Aplikasi JAKI menyediakan layanan terpadu: izin, pengaduan, dan info lalu lintas.
-
Sistem sensor cerdas di titik rawan banjir dan polusi sebagai bentuk kesiapan smart city.
-
Transformasi ini mendukung kompatibilitas antara perangkat mobile (MHP) dan PC: platform web responsif, aplikasi ringan, dan data cloud-friendly.
5. Mobilitas dan Infrastruktur Hijau
-
Mobility first: desa perkotaan terhubung melalui moda transportasi massal, walkable city, dan jalur sepeda. Ini tercantum dalam deklarasi MGMAC-AMF .
-
Proyek TransJakarta elektrifikasi: mendukung strategi emisi rendah dan mobilitas hijau .
-
Giant sea wall & sodetan Ciliwung: contoh aplikasi teknologi dalam adaptasi terhadap iklim dan peningkatan kelayakan lingkungan kota.
6. Tantangan dan Hambatan
-
Pendanaan: meskipun ada KLB, kebutuhan proyek lanjutan menuntut pembiayaan berkelanjutan dan green bonds.
-
Sinkronisasi birokrasi: antara Pemprov DKI, pemerintah pusat, dan pemangku kepentingan ASEAN.
-
Kapasitas dan SDM: perlu peningkatan kompetensi digital di semua lapisan pemerintahan kota.
-
Kesetaraan antarkota: menjaga agar transformasi Jakarta tak menciptakan kesenjangan dibanding ibu kota ASEAN lainnya.
7. Dampak Bagi Warga Jakarta & ASEAN
-
Kesejahteraan dan kualitas hidup: ruang hijau, mobilitas publik, layanan digital lebih baik.
-
Peluang ekonomi digital: startup, investasi, dan ekosistem kreatif tumbuh di bawah payung ASEAN.
-
Diplomasi warga: masyarakat bisa terlibat lewat forum publik, kolaborasi budaya, dan interaksi lintas negara.
8. Langkah Selanjutnya
-
Implementasi program taman dan kawasan Blok M: pemantauan perkembangan dan timeline revitalisasi.
-
Agenda MGMAC‑AMF 2025: prioritas pada sustainability, digital, dan kesehatan perkotaan.
-
Peningkatan kapasitas SDM digital: pelatihan, magang, dan pertukaran budaya teknologi dengan kota ASEAN.
-
Pembiayaan inovatif: penerbitan green bonds, pilot ESG untuk proyek publik, dan insentif pajak.
Kesimpulan & Ajakan Aksi
Jakarta tengah merajut masa depan sebagai Ibu Kota ASEAN yang modern, inklusif, dan ramah teknologi. Lewat integrasi ruang publik, digitalisasi, mobilitas hijau, dan kerjasama kota regional, kota ini mulai berubah — membawa manfaat untuk warganya dan menciptakan peluang bagi kawasan. Warga dapat berpartisipasi lewat penggunaan aplikasi publik, pelibatan komunitas dalam forum dialog kota, dan mendukung gerakan keberlanjutan lokal. Mari kita bersama melangkah, menjadikan Jakarta bukan hanya kota nasional, tetapi pusat ASEAN masa depan.
Baca Juga: Johan Menckel: Swedish Industrial Executive Driving Sustainable Business Transformation