![]() |
Sumber Foto: Venturebeat |
Perkembangan pesat di bidang kecerdasan buatan (AI) terus memunculkan inovasi dari berbagai penjuru dunia. Salah satu kabar terbaru datang dari Tiongkok, di mana sebuah startup lokal dilaporkan telah mengembangkan model AI generatif yang diklaim melampaui kemampuan GPT-4 buatan OpenAI. Model ini tidak hanya mampu melakukan tugas-tugas berbasis bahasa dengan efisiensi tinggi, tetapi juga menunjukkan performa luar biasa dalam pengujian akademik dan aplikasi praktis.
Kabar ini menggemparkan dunia teknologi, terutama di tengah persaingan yang semakin memanas antara perusahaan AI Barat dan Timur. Blog garissatu membahas lebih dalam tentang startup ini, teknologi yang digunakan, serta implikasinya terhadap lanskap kecerdasan buatan global.
Startup yang Menantang Raksasa
Perusahaan bernama YiYi AI yang berbasis di Beijing menjadi pusat perhatian usai mengumumkan model AI terbaru mereka yang diberi nama YiYi-GEN 2. Dalam sebuah konferensi teknologi yang diadakan di Shanghai pada awal Juli 2025, pendiri dan CEO YiYi AI, Dr. Zhou Wei, menyatakan bahwa model mereka mampu mengungguli GPT-4 di berbagai benchmark internasional seperti MMLU (Massive Multitask Language Understanding), GSM8K (penalaran matematika), dan HumanEval (penulisan kode).
Dr. Zhou menyebut bahwa model mereka dibangun dengan fokus pada konteks multibahasa dan penguatan pemahaman terhadap data non-Inggris, yang selama ini menjadi kekurangan mayoritas model dari Barat.
Benchmark yang Mengguncang Dunia AI
Untuk memperkuat klaim mereka, YiYi AI merilis hasil pengujian dari lembaga independen Tsinghua Institute of AI Studies. Hasilnya mencengangkan:
Benchmark | GPT-4 (OpenAI) | YiYi-GEN 2 |
---|---|---|
MMLU | 86.4% | 88.1% |
GSM8K (Math) | 90.2% | 91.3% |
HumanEval (Coding) | 74.5% | 75.9% |
CMMLU (China-specific) | 82.1% | 89.6% |
Model buatan YiYi AI memperlihatkan keunggulan dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan konteks budaya Asia Timur, terutama dalam pemrosesan bahasa Mandarin dan pemahaman logika lokal.
Fokus pada Multibahasa dan Konteks Lokal
Salah satu kekuatan utama model buatan China ini adalah fokus mereka pada konteks linguistik dan budaya yang lebih inklusif. Sementara GPT-4 banyak berfokus pada data berbahasa Inggris, YiYi-GEN 2 dirancang untuk mengakomodasi data lintas bahasa — termasuk bahasa Mandarin, Jepang, Korea, hingga Indonesia.
Hal ini menjadi keunggulan strategis karena populasi global pengguna AI kini semakin tersebar dan tidak lagi didominasi oleh dunia Barat. Pendekatan ini juga sejalan dengan strategi Tiongkok yang mengutamakan kedaulatan digital dan kecerdasan buatan berbasis nasional.
Keamanan dan Regulasi Jadi Prioritas
Tidak hanya unggul dalam performa teknis, YiYi AI juga menekankan pentingnya keamanan dan kepatuhan terhadap regulasi. Mereka mengembangkan sistem moderasi internal berbasis model AI yang bertugas memfilter konten sensitif secara real-time.
Dr. Zhou menjelaskan bahwa keamanan AI merupakan kunci untuk meraih kepercayaan publik dan pemerintah. Oleh karena itu, model mereka telah menjalani audit etik dan kepatuhan oleh Badan Siber Nasional Tiongkok (CAC) sebelum diluncurkan secara komersial.
Dunia Barat Terkejut
Klaim keunggulan dari startup China ini langsung menjadi topik panas di media teknologi global. Sejumlah analis dari Silicon Valley menyebut bahwa ini bisa menjadi momen “Sputnik AI” — merujuk pada saat Uni Soviet meluncurkan satelit pertama dan mengejutkan Amerika Serikat pada era Perang Dingin.
Meskipun belum diverifikasi sepenuhnya oleh komunitas internasional, hasil awal menunjukkan bahwa dunia AI kini memasuki fase multipolar, di mana dominasi Barat mulai ditantang oleh kekuatan baru dari Timur.
Dukungan Pemerintah dan Infrastruktur AI Nasional
Kesuksesan startup seperti YiYi AI tidak terlepas dari dukungan besar pemerintah Tiongkok dalam pengembangan AI. Investasi miliaran dolar telah digelontorkan untuk membangun pusat data, pelatihan model skala besar, dan pengembangan chip AI domestik seperti Cambricon, yang kini menjadi alternatif bagi NVIDIA.
Apa Implikasinya untuk Dunia?
Munculnya pesaing kuat dari Tiongkok membuka babak baru dalam persaingan AI global. Negara-negara berkembang seperti Indonesia, Brasil, dan Turki mulai melihat peluang untuk mengadopsi teknologi dari berbagai sumber, tidak hanya dari AS dan Eropa.
Bagi dunia bisnis, hal ini juga berarti lebih banyak pilihan untuk solusi AI yang lebih murah, lebih adaptif terhadap konteks lokal, dan tidak terikat pada lisensi Barat.
Potensi Kolaborasi Regional
Kemunculan teknologi AI dari Tiongkok juga dapat membuka ruang kolaborasi dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Melalui forum seperti BRICS+ dan Belt and Road Initiative (BRI), model-model AI seperti YiYi-GEN 2 bisa ditawarkan untuk sektor pendidikan, pemerintahan digital, dan kesehatan.
Indonesia, dengan lebih dari 200 juta pengguna internet, menjadi pasar potensial bagi model AI berbasis bahasa lokal. Ini bisa menjadi peluang emas bagi integrasi teknologi regional yang inklusif.
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meskipun mengesankan, keberhasilan YiYi-GEN 2 belum tentu permanen. Model ini masih menghadapi tantangan dalam hal skalabilitas, adopsi internasional, serta kebutuhan akan transparansi dan open-source yang selama ini menjadi standar di komunitas global.
Selain itu, regulasi internasional yang semakin ketat terhadap AI generatif seperti Undang-Undang AI Uni Eropa dan kebijakan privasi global akan menguji sejauh mana model asal Tiongkok ini dapat diterima di luar negaranya.
Penutup
Perkembangan yang dicapai oleh YiYi AI menjadi sinyal bahwa era dominasi tunggal di dunia kecerdasan buatan mulai bergeser. Dengan keunggulan dalam konteks lokal, efisiensi teknis, serta dukungan pemerintah yang kuat, startup China kini benar-benar menantang posisi OpenAI dan raksasa teknologi lainnya.
GarisSatu melihat ini sebagai momentum penting, di mana persaingan bukan lagi soal siapa yang tercepat, tetapi siapa yang paling relevan dengan kebutuhan masyarakat global.
Sumber & Referensi:
-
Data benchmark dari presentasi resmi YiYi AI, Konferensi AI Shanghai 2025.
-
Laporan media teknologi: TechNode, South China Morning Post, Wired Asia.
-
Analisis kebijakan AI Tiongkok oleh Tsinghua Institute for AI Governance.