Penggerebekan Bersenjata di Taman Umum Los Angeles: Operasi Imigrasi Picu Kecaman

Ilustrasi penggerebekan di LA, sumber: Ai


Operasi Imigrasi Federal di LA: Ketegangan Antara Hukum dan Hak Asasi

Operasi Imigrasi Federal di LA: Ketegangan Antara Hukum dan Hak Asasi

Garis Satu – Los Angeles, AS — Operasi besar-besaran oleh pemerintah federal AS di Los Angeles pada awal Juli 2025 telah menimbulkan kekhawatiran luas. Di tengah meningkatnya ketegangan nasional mengenai kebijakan imigrasi, pasukan ICE dan National Guard dikerahkan ke MacArthur Park, sebuah kawasan padat imigran, untuk melaksanakan razia. Operasi ini memicu reaksi keras dari pejabat lokal, aktivis HAM, dan masyarakat internasional.

Latar Belakang Operasi

Pemerintahan federal, melalui otoritas ICE (Immigration and Customs Enforcement), menjalankan kampanye nasional penegakan hukum imigrasi di kota-kota yang dikenal sebagai sanctuary cities. Los Angeles adalah salah satu kota yang melindungi imigran tak berdokumen dari deportasi instan. Dengan meningkatnya ketegangan antara pemerintah federal dan otoritas lokal, razia ini menjadi simbol konflik hukum dan politik di Amerika Serikat.

Detail Operasi di MacArthur Park

Pada tanggal 7 Juli 2025, sekitar 100 personel federal termasuk anggota National Guard dikerahkan ke MacArthur Park. Mereka datang dengan kendaraan lapis baja, kuda, dan senjata lengkap. Operasi berlangsung sekitar satu jam dan menyebabkan aktivitas masyarakat terhenti. Meski tidak ada penangkapan besar, suasana panik dan ketakutan menyebar luas di komunitas imigran.

Banyak warga melaporkan bahwa anak-anak yang sedang mengikuti kegiatan musim panas di taman dipindahkan secara mendadak ke dalam gedung. Relawan medis dan penyedia makanan untuk tunawisma diminta menghentikan aktivitas mereka sementara operasi berlangsung.

Reaksi Pemerintah Lokal

Walikota Los Angeles, Karen Bass, mengecam operasi ini sebagai tindakan intimidatif yang tidak manusiawi. Dalam konferensi pers, ia mengatakan, "Ini bukan penegakan hukum. Ini adalah bentuk penindasan terhadap komunitas yang paling rentan." Gubernur California, Gavin Newsom, juga menyatakan penolakannya dan mempertanyakan legalitas pengerahan pasukan militer di wilayah sipil tanpa koordinasi dengan otoritas negara bagian.

Pejabat lokal menyebut tindakan ini sebagai “pertunjukan kekuasaan” dan “teater politik” menjelang pemilu 2026. Mereka menuduh pemerintah pusat mempolitisasi isu imigrasi demi keuntungan elektoral.

Dampak Psikologis dan Sosial

Meski secara fisik tidak ada kekerasan dalam operasi ini, dampak psikologisnya sangat dalam. Warga keturunan Latin dan imigran dari Asia dan Timur Tengah yang tinggal di sekitar MacArthur Park kini hidup dalam ketakutan. Banyak anak-anak menolak pergi ke sekolah, dan pekerja rumah tangga serta buruh migran enggan beraktivitas di luar rumah.

Organisasi HAM melaporkan lonjakan konsultasi darurat dari warga yang takut dideportasi, meskipun memiliki dokumen resmi. Bahkan warga negara AS keturunan imigran merasa terancam dengan kehadiran pasukan bersenjata di ruang publik.

Aspek Legal dan Kritik Konstitusional

Penggunaan National Guard dalam operasi ini menuai pertanyaan hukum. Di bawah Undang-Undang Posse Comitatus, militer dilarang menjalankan fungsi penegakan hukum sipil kecuali dalam keadaan darurat nasional. Pengamat hukum menganggap pengerahan pasukan di taman umum sebagai pelanggaran prinsip dasar demokrasi dan hak sipil.

Organisasi sipil seperti ACLU dan Human Rights Watch sedang menyusun gugatan hukum terhadap pemerintah federal atas penggunaan kekuatan militer di ruang sipil tanpa alasan mendesak.

Dampak Ekonomi Lokal

Setelah razia besar-besaran ini, berbagai bisnis kecil di area sekitar taman mengalami penurunan pengunjung drastis. Restoran Meksiko, toko kelontong Asia, dan layanan pengiriman mengalami kekurangan tenaga kerja karena banyak pekerja takut keluar rumah. Beberapa pengusaha mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga 60% dalam sepekan setelah operasi berlangsung.

Respon Nasional dan Internasional

Di tingkat nasional, opini publik terbagi. Pendukung Presiden menyatakan operasi ini sebagai bagian dari strategi menjaga hukum dan ketertiban. Sementara kelompok oposisi menyebutnya sebagai pelanggaran HAM dan simbol tirani federal terhadap kota-kota progresif.

Dari luar negeri, sejumlah negara Latin Amerika menyampaikan keprihatinan. Konsulat Meksiko dan El Salvador di Los Angeles menerima ratusan telepon dari warga yang takut akan deportasi atau kehilangan akses layanan publik.

Konteks Politik yang Lebih Luas

Operasi ini terjadi di tengah panasnya suhu politik menjelang pemilu sela dan pemilu presiden AS 2026. Isu imigrasi telah menjadi senjata politik utama bagi kelompok konservatif yang ingin menonjolkan kekuatan negara dalam mengontrol perbatasan dan keamanan domestik.

Banyak analis melihat razia di LA sebagai "test case" untuk ekspansi otoritas federal di wilayah sanctuary. Jika tidak ada perlawanan hukum yang kuat, operasi serupa bisa menyusul di kota lain seperti Chicago, San Francisco, dan New York.

Kesimpulan

Operasi imigrasi federal di Los Angeles bukan hanya penggerebekan biasa. Ini adalah titik kritis dalam konflik antara pusat dan daerah, antara penegakan hukum dan perlindungan HAM. Ketika pasukan bersenjata dikerahkan ke taman kota, pertanyaannya bukan hanya soal legalitas, tetapi juga soal nilai-nilai dasar: kebebasan, keadilan, dan hak hidup tanpa rasa takut.

Jika operasi semacam ini menjadi normal, maka demokrasi Amerika sedang berada di jalan yang berbahaya. Maka dari itu, penting bagi publik dan pembuat kebijakan untuk bersuara, berdiskusi, dan mengambil tindakan demi mencegah pelanggaran lebih jauh di masa depan.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال