Donald Trump mengatakan dia akan menyerang Iran lagi

Donald Trump Ancam Serang Iran Lagi Jika Terpilih Presiden AS Donald Trump saat kampanye menyampaikan ancaman terhadap Iran

Donald Trump dalam kampanye terbarunya di Texas, menyebut Iran sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat. (Foto: Getty Images)

GarisSatu.com — Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Dalam kampanye politik terbarunya di Texas, Trump menyatakan secara terbuka bahwa jika ia terpilih kembali dalam pemilihan presiden 2024, ia "tidak akan ragu" untuk menyerang Iran sebagai tindakan pencegahan terhadap ancaman nuklir yang terus berkembang di Timur Tengah.

Pernyataan tersebut disampaikan di hadapan ribuan pendukungnya dan langsung memicu reaksi keras, baik di dalam negeri maupun dari komunitas internasional. Trump menuduh pemerintahan Joe Biden "terlalu lemah" dalam menghadapi Iran dan menuding bahwa para pemimpin Teheran telah memanfaatkan kelonggaran diplomatik untuk memperkuat program senjata mereka.

"Jika saya kembali ke Gedung Putih, Iran akan tahu bahwa masa toleransi telah berakhir. Kami akan menyerang mereka sebelum mereka menyerang kita," ujar Trump lantang disambut sorakan pendukungnya.

Kembali ke Retorika Keras

Pernyataan ini menandai kembalinya retorika agresif Trump terhadap Iran, yang sebelumnya sudah terlihat saat ia menjabat Presiden pada 2017–2021. Pada masa kepemimpinannya, AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) dan menjatuhkan sanksi berat terhadap ekonomi Iran.

Trump juga dikenal karena menyetujui serangan udara yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani pada Januari 2020 — sebuah insiden yang hampir memicu perang terbuka antara AS dan Iran.

Iran Merespons dengan Tegas

Pemerintah Iran tidak tinggal diam. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, menyebut pernyataan Trump sebagai provokasi dan ancaman terang-terangan terhadap kedaulatan negara. Ia menegaskan bahwa Iran akan memberikan balasan "yang sangat berat" jika diserang kembali.

"Iran tidak akan menjadi ladang uji coba bagi ambisi politik siapa pun," tegas Kanaani dalam konferensi pers di Teheran.

Iran juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional untuk mengutuk pernyataan Trump yang dianggap membahayakan stabilitas global.

Ilustrasi rudal Iran

Iran terus memperkuat sistem pertahanan rudalnya sebagai antisipasi terhadap ancaman serangan. (Foto: Reuters)

Dampak Global dan Reaksi Dunia

Banyak pihak menilai pernyataan Trump bukan sekadar janji politik, melainkan sinyal serius bagi arah kebijakan luar negeri Amerika jika ia kembali berkuasa. Analis dari Brookings Institution, Emily Horne, menyebut retorika Trump bisa mempercepat eskalasi militer di kawasan yang sudah rapuh.

Uni Eropa dan Rusia menyatakan keprihatinannya. Mereka menyerukan agar kandidat presiden AS tidak menggunakan ancaman militer sebagai bagian dari strategi kampanye.

Pemilu AS 2024: Iran Jadi Komoditas Politik?

Ancaman Trump terhadap Iran dipandang sebagai upaya untuk menarik simpati pemilih sayap kanan dan kelompok konservatif yang khawatir terhadap ancaman asing. Iran kembali menjadi isu panas menjelang pemilu, di samping masalah imigrasi, inflasi, dan keamanan domestik.

Namun, kelompok penentang perang dari Partai Demokrat menilai Trump hanya mempermainkan keamanan global demi kepentingan elektoral semata. Senator Bernie Sanders menyebut ancaman tersebut “tidak bertanggung jawab dan bisa membahayakan nyawa warga Amerika sendiri.”

Rekam Jejak Trump Terhadap Iran

Selama menjabat, Trump menciptakan hubungan yang sangat tegang dengan Iran. Ia secara sepihak keluar dari JCPOA pada Mei 2018, dan memberlakukan “sanksi maksimum” yang menghancurkan perekonomian Iran.

Kebijakannya kala itu menuai pujian dari Israel dan negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, tetapi juga mendapat kritik luas dari sekutu Eropa dan para diplomat senior AS yang melihat langkah itu sebagai penyebab ketegangan regional.

Iran: Siap Balas Jika Diserang

Sementara itu, Iran terus memperkuat aliansinya dengan Rusia dan China, dan mempercepat modernisasi rudal jarak jauh dan sistem pertahanannya. Program nuklirnya yang disebut “untuk keperluan damai” kini menjadi perhatian utama IAEA (Badan Energi Atom Internasional).

Jika benar Trump terpilih dan menyerang Iran kembali, maka dunia berpotensi dihadapkan pada konflik terbuka yang bisa memicu efek domino di Timur Tengah dan bahkan global.

Tautan Terkait:

Kesimpulan:

Pernyataan Donald Trump mengenai niatnya untuk kembali menyerang Iran memperlihatkan bahwa Timur Tengah tetap akan menjadi titik panas jika ia kembali ke Gedung Putih. Retorika keras ini bisa menjadi strategi kampanye, tetapi dampaknya sangat nyata dan bisa membahayakan stabilitas kawasan dan dunia. Komunitas internasional kini dihadapkan pada dilema: menanggapi serius atau menganggapnya retorika politik biasa?

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال