garissatu – Dalam pernyataan terbarunya yang menuai kontroversi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa warga Amerika yang tidak mendukung Israel pada dasarnya juga tidak mendukung Amerika Serikat. Ucapan itu muncul dalam wawancara bersama media konservatif di AS, yang segera menyebar luas di media sosial dan kanal berita global.
Netanyahu menyatakan, “Israel tidak hanya sekutu utama Amerika, tapi juga representasi dari nilai-nilai Amerika di Timur Tengah.” Ia menambahkan bahwa “menolak mendukung Israel sama saja dengan menolak identitas geopolitik dan moral Amerika.”

Gelombang Kritik dari Warga dan Politikus Amerika
Pernyataan tersebut segera memicu respons dari berbagai kalangan. Tokoh-tokoh progresif dari Partai Demokrat menilai komentar itu sebagai upaya intervensi dalam opini publik Amerika yang semakin kritis terhadap kebijakan luar negeri AS, khususnya terkait konflik Israel-Palestina.
Anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez melalui platform X menulis, “Kesetiaan terhadap prinsip Amerika tidak berarti harus tunduk pada kepentingan politik Israel.” Komentar serupa juga dilontarkan Senator Bernie Sanders, yang menyatakan bahwa dukungan terhadap Israel harus didasarkan pada prinsip hak asasi manusia, bukan tekanan diplomatik.
Baca juga: Kepala Staf Israel: Perang Gaza adalah Konflik Paling Rumit
Gedung Putih Berusaha Netral
Juru bicara Gedung Putih enggan memberikan komentar langsung, namun menegaskan bahwa “komitmen Amerika terhadap Israel tetap kuat, sembari mempertahankan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berekspresi bagi warganya.”
Meski begitu, beberapa analis menilai bahwa sikap Israel yang semakin vokal terhadap opini domestik AS dapat merusak hubungan jangka panjang. “Netanyahu seakan lupa bahwa Amerika bukan monolit,” ujar Dr. Lisa Bergman dari University of Chicago.
Hubungan Historis yang Kini Berubah Arah
Sejak 1948, Amerika dan Israel menjalin hubungan strategis, militer, dan intelijen yang dalam. Namun, dekade terakhir menunjukkan adanya perubahan sikap terutama dari kalangan muda AS. Survei Pew Research 2025 menunjukkan bahwa hanya 47% warga muda AS yang merasa Israel adalah sekutu yang bisa dipercaya.
Tekanan terhadap Presiden Biden untuk lebih kritis terhadap Israel semakin kuat pasca invasi militer Israel ke Rafah yang menyebabkan ribuan korban jiwa. Simak ulasan lengkapnya di laporan kami mengenai evakuasi kru akibat serangan Israel.
Sorotan Media Internasional
Media global seperti Al Jazeera dan BBC menyoroti pernyataan Netanyahu sebagai bukti bahwa Israel tengah meningkatkan tekanan politik terhadap sekutu internasionalnya. Beberapa analis bahkan menyebut pernyataan ini sebagai bentuk “chant diplomatik” yang bisa berdampak buruk.
Kritik dari Aktivis HAM dan Yahudi Liberal
Organisasi hak asasi seperti Human Rights Watch dan Amnesty International menyebut pernyataan Netanyahu berpotensi “merusak solidaritas global terhadap penegakan HAM.”
Di sisi lain, kelompok Yahudi liberal di AS seperti Jewish Voice for Peace
juga menolak keras pernyataan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai “upaya untuk menutup ruang kritik terhadap pendudukan ilegal dan apartheid yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.”
Dampak Politik Dalam Negeri AS
Dengan Pilpres AS yang semakin dekat, partai politik harus berhati-hati terhadap isu Israel. Kubu Republikan cenderung menggunakan retorika keras untuk mempertahankan basis evangelis dan Zionis Kristen, sementara Demokrat harus menyeimbangkan suara moderat dan progresif.
Isu ini juga menjadi perhatian bagi komunitas mahasiswa dan akademisi yang semakin vokal dalam gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS). Gerakan ini menyerukan pemutusan dukungan terhadap institusi yang terlibat dalam pelanggaran HAM di Palestina.
Apa Selanjutnya?
Pertanyaan besar kini adalah apakah pernyataan Netanyahu akan memperkuat atau justru merusak hubungan jangka panjang Israel-AS. Ketergantungan militer dan diplomatik Israel terhadap AS bisa menjadi bumerang jika suara warga AS makin menjauh.
garissatu akan terus memantau dinamika ini, termasuk dampaknya terhadap kampanye politik di kedua negara. Lihat juga: Donald Trump Ancam Iran Jika Kembali Jadi Presiden.
Pernyataan ini menunjukkan betapa rumitnya persimpangan antara aliansi politik dan moralitas publik. Apakah benar cinta terhadap Israel adalah cerminan cinta kepada Amerika? Publik AS kini menimbang ulang jawabannya.